Permasalahan di sini adalah pemahaman tentang “keberadaan” (to be) dan “kepemilikan” (to have). Allah tidak memiliki “ke-Allahan”, kasih dan hidup, tapi Allah-lah ke-Allahan, kasih dan hidup itu sendiri. Dengan demikian tidak ada komposisi dalam Allah, karena suatu komposit akan selalu berada dalam potensialitas, sedangkan dalam Allah tidak ada potensialitas (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, dan St. Thomas Aquinas, Contra Gentiles I, ch.21.