Bagian I Pertanyaan 1 Artikel 1

BAGIAN SATU (PERTANYAAN 1 – 119)

RISALAH TENTANG DOKTRIN SUCI (PERTANYAAN 1)

Pertanyaan 1 : Sifat dan Lingkup dari Doktrin Suci (sepuluh artikel)

Untuk menempatkan tujuan kami dalam batas-batas yang tepat, kami pertama kali berusaha untuk menyelidiki sifat dan lingkup doktrin suci ini. Mengenai ini ada sepuluh poin penyelidikan: 
  1. Apakah Doktrin Suci diperlukan?
  2. Apakah Doktrin Suci adalah suatu ilmu?
  3. Apakah Doktrin Suci ada satu atau banyak?
  4. Apakah Doktrin Suci spekulatif atau praktis?
  5. Bagaimana Doktrin Suci dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya?
  6. Apakah Doktrin Suci sama dengan kebijaksanaan?
  7. Apakah pokok bahasan Doktrin Suci adalah Allah?
  8. Apakah Doktrin Suci adalah tentang argumen?
  9. Apakah Doktrin Suci dengan benar menggunakan metafora dan kiasan?
  10. Apakah Kitab Suci dari Doktrin ini dapat diuraikan dalam berbagai makna yang berbeda?


Artikel 1 : Apakah, selain filsafat, diperlukan doktrin lebih lanjut? 

Keberatan 1 : Tampaknya bahwa selain ilmu filosofis, kita tidak membutuhkan pengetahuan lebih lanjut karena manusia sebaiknya tidak berusaha untuk mengetahui apa yang melebihi akalnya : "Janganlah menyelidiki hal-hal yang terlalu tinggi untukmu" (Sir 3:22). Tapi segala sesuatu yang tidak melampaui akal telah dibahas sepenuhnya dalam ilmu filosofis. Oleh karena itu pengetahuan lain selain ilmu filosofis adalah berlebihan. 

Keberatan 2: Lebih lanjut, pengetahuan hanya dapat berhubungkan dengan keberadaan, karena tak ada yang diketahui, kecuali sesuatu itu nyata; dan segala yang ada, adalah nyata. Tetapi segala sesuatu yang ada, telah dibahas dalam ilmu filosofis ---bahkan Allah sendiri; sehingga ada bagian dari ilmu filosofis yang disebut teologi, atau Sains Ilahi, sebagaimana dibuktikan Aristoteles (Metaph. vi). Oleh karena itu, selain ilmu filosofis, ada tidak perlu ada pengetahuan lebih lanjut. 

Sebaliknya, Ada ditulis (2 Timotius 3: 16): "Seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan menguntungkan untuk mengajar, untuk menegur, untuk memperbaiki, untuk mengarahkan kepada keadilan." Sekarang Kitab Suci, diilhami oleh Allah, bukanlah bagian dari ilmu filosofis, yang dibangun oleh akal manusia. Oleh karena itu sangat berguna bahwa selain ilmu filosofis, ada pengetahuan lainnya, yaitu yang diilhami oleh Allah. 

Saya menjawab bahwa, Adalah perlu untuk keselamatan manusia bahwa harus ada pengetahuan yang diungkapkan oleh Allah selain ilmu filosofis yang dibangun oleh akal manusia. Pertama, tentu saja, karena manusia diarahkan kepada Allah, sebagai akhir yang melampaui pemahaman akalnya: "dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia" (Yes 64:4)). Tapi pertama-tama, akhir harus diketahui oleh orang-orang yang akan mengarahkan pikiran dan tindakan menuju kepada akhir. Maka itu perlu bagi keselamatan manusia bahwa kebenaran tertentu yang melebihi akal manusia harus diberitahukan kepadanya oleh wahyu ilahi. Bahkan berkaitan dengan kebenaran tentang Allah yang dapat diketahui oleh akal manusia, tetap diperlukan bahwa orang harus diajarkan oleh wahyu ilahi; karena kebenaran tentang Allah yang dapat diketahui oleh akal manusia seperti itu, hanya akan dikenal oleh sedikit orang saja, setelah waktu yang lama, dan dengan campuran banyak kekeliruan. Sedangkan seluruh keselamatan manusia, yang adalah dalam Allah, tergantung pada pengetahuan tentang kebenaran ini. Oleh karena itu, supaya keselamatan manusia dapat disampaikan dengan lebih baik dan lebih pasti, adalah perlu bahwa manusia harus diajarkan kebenaran ilahi oleh wahyu ilahi. Oleh karena itu perlu bahwa selain ilmu filosofis yang dibangun melalui akal manusia, harus ada ilmu suci yang dipelajari melalui pewahyuan. 

Tanggapan terhadap Keberatan 1 : Meskipun hal-hal yang berada di luar pengetahuan manusia tidak boleh dicari oleh manusia melalui nalarnya sendiri, namun, setelah hal-hal tersebut dinyatakan oleh Allah, mereka harus diterima melalui iman. Maka teks Suci melanjutkan, "karena hal-hal yang banyak hal ditunjukkan kepadamu di atas pemahaman manusia" (Sir. 3: 25). Dan di sinilah letak ilmu suci. 

Tanggapan terhadap Keberatan 2 : Ilmu pengetahuan dibedakan menurut berbagai sarana yang melaluinya pengetahuan dapat diperoleh. Astronom dan fisikawan keduanya dapat membuktikan kesimpulan yang sama: bumi, misalnya, adalah bulat: astronom melakukannya melalui matematika (yaitu melakukan abstraksi dari benda), tapi fisikawan melakukannya melalui benda itu sendiri. Oleh karena itu tidak ada alasan mengapa hal-hal yang dapat dipelajari dari ilmu filsafat, sejauh mereka bisa diketahui dengan nalar alami, tidak boleh diajarkan pula melalui ilmu lain sejauh mereka berada dalam pewahyuan. Maka teologi yang termasuk dalam Doktrin Suci berbeda jenisnya dari teologi yang merupakan bagian dari ilmu filsafat.