Bagian I Pertanyaan 3 Artikel 7

Artikel 7 : Apakah Allah Sepenuhnya Tunggal?

Keberatan 1 : Tampaknya Allah tidak sepenuhnya tunggal, karena apa pun yang berasal dari Allah harus mengimitasi dia. Dengan demikian keberadaan yang pertama adalah asal dari segala keberadaan; dan dari kebaikan yang pertama muncul segala kebaikan. Tapi dalam hal-hal yang diciptakan Allah, tidak ada satupun yang sepenuhnya tunggal. Oleh karena itu Allah juga tidak sepenuhnya tunggal.


Keberatan 2 : Lebih lanjut, apa pun terbaik harus dikaitkan kepada Allah. Tetapi kita melihat bahwa suatu komposit lebih baik daripada sesuatu yang sepenuhnya tunggal; dengan demikian, senyawa kimia lebih baik daripada sekedar unsur-unsur yang sepenuhnya tunggal, dan hewan lebih baik daripada bagian-bagian yang membentuk mereka. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan bahwa Allah sama sekali sepenuhnya tunggal.


Sebaliknya, Agustinus mengatakan (De Trin. iv, 6,7): "Allah sungguh dan secara absolut tunggal."


Aku menjawab bahwa, Ketunggalan absolut Allah dapat ditampilkan dalam banyak cara. Pertama, dari artikel sebelumnya dalam pertanyaan ini. Karena ada tidak komposisi kuantitatif yang menjadi bagian dalam Allah, karena Ia bukanlah suatu zat; juga bukan komposisi materia dan forma; juga tidak hakikat-Nya yang berbeda dari "suppositum"-Nya; maupun esensi dari keberadaan-Nya; tidak ada pula di dalam-Nya komposisi dari genus dan perbedaan, maupun dari subjek dan aksiden. Oleh karena itu, jelas bahwa Allah bukanlah suatu komposit, tapi sama sekali tunggal. Kedua, karena setiap komposit ada setelah disusun oleh komponen-komponennya, dan bergantung pada mereka; tetapi Allah adalah keberadaan yang pertama, seperti yang ditunjukkan di atas (P [2], A[3]). Ketiga, karena setiap komposit memiliki suatu penyebab, karena hal-hal yang berbeda tidak bisa bersatu kecuali ada sesuatu yang menyebabkan mereka bersatu. Tetapi Allah tidak disebabkan oleh apapun, seperti yang ditunjukkan di atas (P [2], A[3]), karena Ia adalah penyebab efisien pertama. Keempat, karena dalam setiap komposit harus ada potensialitas dan aktualitas; Tapi ini tidak berlaku untuk Allah; karena dalam komposit salah satu bagian mengaktualisasikan yang lain, atau setidaknya semua bagian memiliki potensialitas bagi keseluruhan komposit. Kelima, karena tidak ada komposit yang dapat dipredikasikan pada salah satu bagiannya. Dan ini jelas dalam suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda; karena tidak ada bagian dari seorang laki-laki yang adalah sekaligus seorang laki-laki, atau salah satu bagian kaki adalah keseluruhan kaki. Tetapi dalam suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang sama, meskipun sesuatu yang dipredikasikan pada keseluruhan, dapat dipredikasikan pada bagian (sebagaimana bagian dari udara adalah udara, dan bagian dari air adalah air), namun demikian terdapat hal-hal tertentu yang dapat dipredikasikan pada keseluruhan namun tidak bisa dipredikasikan pada bagian; misalnya, jika seluruh volume air adalah dua cubit, maka dua hasta tidak bisa dipredikasikan pada bagian-bagian air itu. Dengan demikian dalam setiap komposit terdapat sesuatu yang bukan merupakan dirinya sendiri. Namun, bahkan jika hal ini bisa dikatakan pada apa pun yang memiliki forma, yaitu bahwa ia memiliki sesuatu yang bukan dirinya sendiri, seperti dalam objek berwarna putih ada sesuatu yang bukan merupakan esensi dari putih; Namun demikian dalam forma sendiri, tidak ada apapun selain dirinya sendiri. Dengan demikian, karena Allah adalah suatu forma absolut, atau keberadaan absolut, Ia bisa ada tanpa melalui komposit. Hilary menyiratkan argumen ini, ketika ia berkata (De Trin. vii): "Allah, yang adalah kekuatan, tidak terdiri dari hal-hal yang lemah; juga tidak bahwa Ia yang adalah cahaya, terdiri dari hal-hal yang redup."


Tanggapan terhadap Keberatan 1 : Apa pun yang dari Allah adalah meniru Dia, seperti hal-hal yang disebabkan meniru sebab pertama. Tetapi esensi dari hal-hal tersebut harus ada dalam semacam komposit; karena setidaknya keberadaannya berbeda dari esensinya, seperti yang akan ditunjukkan selanjutnya, (P [4], A[3]).


Tanggapan terhadap Keberatan 2 : Pada kita, hal-hal komposit lebih baik daripada hal-hal tunggal, karena kesempurnaan dari kebaikan dalam ciptaan tidak ditemukan dalam satu hal yang tunggal, tetapi dalam banyak hal. Tapi kesempurnaan kebaikan Ilahi ditemukan dalam satu hal yang tunggal(P [4], [1] dan P [6], A[2]).



<<Sebelumnya

>>Selanjutnya



Daftar Isi