4. Kesempurnaan Allah
Artikel 1. Keberadaan pertama harus ada dengan sendirinya, karena itu yang pertama; tidak ada yang sebelumnya dari mana keberadaan dapat diterimanya. Sekarang, makhluk yang ada dengan sendirinya, atau aktualitas murni, ada dengan keunggulan atau kesempurnaannya yang tak terbatas. Aktualitas murni berarti kesempurnaan mutlak (penerjemah: karena dalam dirinya tidak ada sesuatu yang belum terjadi atau potensialitas). Oleh karena itu, Tuhan adalah kesempurnaan mutlak. Pertimbangkan poin ini dengan cara lain. Ada kesempurnaan dalam makhluk-makhluk, kehidupan, pengetahuan, dll. Semua kesempurnaan ini telah dianugerahkan kepada makhluk dan, pertama-tama, kesempurnaan ini dianugerahkan oleh seseorang yang memilikinya untuk dianugerahkan; yaitu, Penyebab Pertama. Kesempurnaan ini harus ada di Penyebab Pertama dengan cara yang sesuai dengan aktualitas murni; artinya, kesempurnaan harus ada dalam Tuhan secara mutlak, sebagaimana diidentifikasikan dengan esensi ketuhanannya. Karena itu, Tuhan itu murni atau kesempurnaan mutlak.
Artikel 2. Kesempurnaan makhluk tidak bisa di dalam Tuhan sebagai aksiden; seperti yang telah kita lihat, Tuhan tidak memiliki aksiden. Mereka tidak dapat berada dalam Tuhan sebagai bagian, karena Tuhan adalah kesederhanaan murni dan tidak memiliki bagian. Kesempurnaan hanya bisa ada di dalam Tuhan sebagaimana diidentifikasikan dengan esensinya. Inilah yang dimaksud para teolog ketika mereka mengatakan bahwa kesempurnaan ciptaan ada di dalam Tuhan dengan sangat jelas.
Artikel 3. Makhluk dikatakan mirip dengan Tuhan dengan analogi, sebanyak makhluk tersebut memiliki kesempurnaan dalam cara yang terbatas, sementara kesempurnaan ini ada di dalam Tuhan secara tidak terbatas dan menonjol seperti yang diidentifikasi dengan esensi, keberadaan, dan substansi-Nya.