Esensi (contohnya : kemanusiaan) berada dalam potensialitas, dan hanya menjadi actual jika ia berada dalam suatu keberadaan (contohnya : manusia). Tapi dalam Allah tidak ada potensialitas. Maka esensi Allah (ke-Allahan-Nya) tidak muncul dari aktualitas keberadaan-Nya, tapi selalu ada dalam aktualitas. Ini berarti esensi Allah adalah identik dengan keberadaan-Nya (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa).